Nama Daerah
|
Kecamatan
Wonosobo
|
Luas wilayah
|
Luas Kecamatan Wonosobo adalah 3.237,646 ha dengan
komposisi tata guna lahan atas lahan sawah seluas 1.081,398 ha dan lahan
bukan sawah seluas 2.156,238 ha. Lahan sawah yang teraliri irigasi teknis
seluas 164,358 ha, setengah teknis seluas 117,200 ha, irigasi sederhana seluas
783,760 ha dan tadah hujan seluas 16,080 ha. Lahan bukan sawah terbagi atas
pekarangan dan bangunan seluas 976,865 ha, tegalan 720,410 ha.
|
Sejarah daerah
|
Wonosobo
berasal dari bahasa Sansekerta “wauna” dan “seba”. Wauna yang artinya sebuah
tempat/dusun/desa yang kini disebut kabupaten. Seba adalah tempat bertemunya
para pandita.
Pada
zaman dulu Dieng merupakan tempat bertemunya para pandita dari berbagai
penjuru dunia melalui pantai utara Pulau Jawa, kapal yang ditumpangi oleh
para pandita merapat melalui dermaga di wilayah Kabupeten Batang, lalu menuju
ke Dieng.
Permulaan
sejarah Wonosobo ditengarai dengan datangnya 3 tokoh pada abad ke 17, yaitu
Kyai Kolodete, Kyai Walik, Kyai Karim. Ketiganya datang ke Wonosobo dengan
sanak keluarganya. Sesaat itu kondisi Wonosobo masih merupakan hamparan hutan
belantara yang amat menakutkan, 2 gunung pengayom mengawasi dari timur,
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, singkat kata jarang orang berani
mengarungi hutan kawasan Wonosobo.
Tiga
tokoh di atas diyakini keberaniannya telah berhasil mendirikan kota Wonosobo
dengan peran masing-masing ialah: Kyai Walik sebagai tokoh perancang kota,
Kyai Karim sebagai tokoh yang mampu meletakkan sendi-sendi dasar
pemerintahan, sementara itu Kyai Kolodete memang tidak begitu jelas
peranannya, Namun Kyai Kolodete dikenal sebagai pennguasa di daerah Dataran
Tinggi Dieng.
Tonggak
sejarah Kabupaten Wonosobo dimulai dengan pemerintahan yang dipimpin oleh
Raden Muh. Ngarpah sebagai Bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden
Tumenggung(KRT) Setjanegara.
|
Budaya daerah
|
Tari
Lengger
Sebuah
tari tradisional yang dijadikan maskot Kabupaten Wonosobo. Lengger berasal
dari kata “Elingo Ngger” yang artinya manusia hidup harus ingat kepada Tuhan
YME dan sesama. Pada awalnya tarian lengger dibawakan oleh anak laki-laki
yang dirias seperti wanita. Pementasannya identik dengan tari topeng yang
mempuyai karakter berbeda-beda.
Tari
Emblek
Seni
Eblek (kuda lumping) merupakan kesenian yang menggunakan kuda mainan,
merupakan bentuk apresiasi dan hubungan rakyat jelata terhadap pasukan
berkuda Diponegero dalam melawan penjajah.
|
Potensi daerah
|
Padi, ketela pohon, jagung, albasia, ayam potong,
peyek paru, sale pisang dan industri kecil mebelair, roti, grubi, tempe,
keripik jamur, kacang dieng, keripik tahu, carica, kerupuk, batako, konveksi.
|
Jumat, 05 September 2014
Karakteristik Daerah Wonosobo
Langganan:
Postingan (Atom)